Untuk istriku di masa depan. Tampaknya ada yang salah dengan kepalaku. Daya ingatku semakin lama semakin berkurang. Aku jadi khawatir bahwa kelak aku akan merepotkanmu. Tapi aku mohon, jika kenyataannya aku merepotkanmu, tolong rawat aku semampu kamu. Dan jika kau kelelahan, istirahatlah. Jangan marahi aku. Jangan maki-maki aku. Aku butuh kelembutanmu.
Berdiamlah di tempat yang tenang. Pikirkan baik-baik keadaan kita. Jika memang kamu tak mampu lagi. Baiklah. Tak apa. Kau berhak melanjutkan hidup seperti yang kau impikan. Kau berhak meninggalkanku, menceraikanku. Tak apa. Aku masih memiliki Tuhan Yang Maha Besar untukku. Maka dari itu, aku akan mencoba bertingkah baik sekarang. Supaya karma baik datang padaku di saat aku tak memiliki apa-apa lagi selain Dia. Aku juga mulai menjaga mata dan hati ini dari lawan jenis, agar kelak kamu (istriku) tak meninggalkanku di saat kita tak baik-baik saja. Semoga keluarga kita baik-baik saja.
Doa-ku di atas adalah akibat dari pikiranku yang ke mana-mana ketika solat Ashar pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Bahkan aku harus solat sebanyak dua kali, karena khawatir solat pertama tak diterima oleh-Nya. Meskipun kulakukan sebanyak dua kali, dua-duanya selalu lupa 'apakah aku sudah tasyahud awal atau belum'. Karena selama ini aku selalu lupa sudah melakukan tasyahud awal atau belum pada semua solat selain solat yang dua rekaat. Setan selalu berhasil menggodaku. Membuatku khawatir bahwa kelak aku akan menjadi orang yang pikun di usia senja. Naudzubillah, semoga tak begitu di masa depan. Āmīn.
***
Untuk istriku di masa depan. Hari ini aku bermimpi seperti orang buta. Aku tak tau bagaimana caranya pulang. Jalanan berisik sekali, tapi di depanku sangat gelap. Aku sangat takut. Tak ada tongkat yang membantu menuntunku. Maka aku berhenti di sebuah tempat yang ramai. Aku rasa itu sebuah mini market. Tiba-tiba ada seseorang datang dari arah kiri. Nafasnya bau. Dia berbicara tak jelas. Mengumam seperti bayi. Dia memegang tangan kiriku dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya memegang rambutku. Ia menarikku. Ia gigit telingaku. Aku berteriak kesakitan. Aku lepaskan gigitannya dan segera meraba telinga kiriku. Aman, masih utuh. Tapi aku merasakan pendarahan yang begitu hebat. Orang itu mencoba menggigit lagi. Ku tahan mulutnya dengan tangan kanan. Sialan, giginya sangat tajam. Aku rasa aku akan mati. Tapi ternyata hanya sebuah mimpi. Gila. Sangat menakutkan untuk menjadi nyata.
Untuk istriku di masa depan, jika seandainya zombie itu nyata, atau buta itu nyata, apakah bisa kita tetap menjalani hidup bersama. Aku harap kau tak merelakanku yang buta ini menjadi konsumsi si zombie. Karena jika itu kamu, tak akan kulakukan. Akan kujaga dirimu sebaik mungkin, sebagaimana seharusnya seorang suami melindungi istrinya. Aku mencintaimu, wahai istriku. Kuharap kau juga selalu mencintaiku. Dalam kurang dan lebihku. Āmīn.
Sukoharjo - Jumat, 27 Juni 2025