Orang Lama

Tidak ada komentar

Orang Lama

Dia bernama Shinta. Banu menyukainya ketika ia masih berpacaran dengan Cia. Tetapi Banu tetap pada komitmennya. Banu lebih mementingkan Cia daripada perasaannya yang tiba-tiba menyukai Shinta. Perasaan itu muncul tanpa adanya interaksi diantara mereka—yakni diantara Banu dan Shinta. Pertemuan terakhir Banu dan Shinta berlangsung pada saat mereka masih SMA. Waktu yang sudah sangat lama untuk datangnya perasaan suka. Banu penasaran dengan apa yang menyebabkan dirinya menyukai Shinta lagi.

Setelah sekitar dua bulan lebih putus dengan Cia, setelah berdamai dengan kesepian dan masa lalunya, rasa suka Banu kepada Shinta memuncak. Setiap kali Banu ke kota Shinta, hatinya berdegup kencang. Padahal tujuan Banu bukan untuk menemui Shinta. "Apa ini?", tanya Banu. "Apakah ini perasaan cinta?", tanyanya sekali lagi, memastikan.

Padahal setelah putus dengan Cia, Banu ingin fokus dengan hobi dan pekerjaannya. "Kenapa harus jatuh cinta lagi? Apakah aku siap menghadapi perubahan manusia lagi? Sialan. Aku harus bagaimana? Ah Shinta, kau apakan hatiku ini."

Banu beranikan diri mengirim pesan kepada Shinta. Dulu mereka sangat dekat. Namun Banu pernah mengecewakannya. Masalah masa lalu itu membuat Banu canggung menghubungi Shinta lagi. Benar saja, Shinta masih memiliki trust issue kepada Banu. Banu tak tau harus berbuat apa lagi. Semua kegiatannya terhenti. Shinta telah mengambil semua perhatiannya. Banu merasa ada roh baru yang ada dalam dirinya, yang mencoba mengambil alih tubuhnya. Roh itu menguasai pribadinya.

Ketika Banu tahu Shinta sudah dimiliki orang lain. Ia curahkan semua perasaannya kepada Shinta. Banu tak mau merebut kekasih orang lain. Ia memiliki etika. Banu menginginkan kesucian cintanya kepada Shinta tetap ada. Ia jaga kesucian itu dengan mementingkan etikanya daripada nafsunya yang ingin memiliki Shinta.

Banu mencintai Shinta. Ia katakan itu pada Shinta. Pernyataan cinta itu membuat Shinta kebingungan. Bagaimana tidak. Banu dan Shinta tak pernah bertemu lagi setelah sekian lama. Bagaimana bisa Banu memiliki rasa suka itu secara tiba-tiba. Shinta menduga bahwa Banu hanya penasaran saja. Banu sendiri pun tidak tau jenis apa perasaannya itu. Tapi itu bukan point utama Banu mengatakan perasaannya. Banu hanya ingin bilang bahwa ia mencintai Shinta. Ia mencintai Shinta atas kendali dirinya sendiri. Banu mencintai Shinta karena memang itu yang Banu rasakan. Banu mencintai Shinta bukan karena segala hal yang ada pada diri Shinta. Cinta Banu ini murni dari dirinya sendiri. Bukan sesuatu hal yang disebabkan dari diri Shinta. Banu mencintai Shinta, dan ia tak berharap untuk dicintai balik. Setelah mengungkapkan isi perasaannya, Banu merasa lega. Aktivitas hidupnya mulai membaik. Perhatian Banu sudah tak mengenai Shinta lagi. Banu sudah lega.

Beberapa pekan kemudian, Banu mendapat kabar—entah ini termasuk kabar baik atau kabar buruk, Banu tak bisa mendefinisikannya—bahwa Shinta telah putus dengan pacarnya. Umpatan keluar dari mulut Banu, karena perasaan suka itu muncul lagi. Roh Banu yang baru, muncul lagi. Menguasainya lagi. Banu menjadi caper ke Shinta. Ia upayakan segala cara untuk merebut perhatiannya. Banu tenggelam ke dalam cinta. Cinta yang entah apa namanya. Roh baru menguasai Banu lagi. Menjadikannya sebagai pribadi yang lain.

Selama beberapa pekan, Banu menjadi pribadi yang lain. Sebuah pribadi yang dibentuk oleh roh baru untuk mencuri perhatian Shinta. Banu tak suka keadaan ini. Banu merasa menjadi seseorang yang lain. Banu berusaha masuk ke dalam alam sadarnya. Ia berusaha mengontrol dirinya. "Keluarlah kamu wahai pribadi baru. Kamu bukanlah aku. Kenapa harus memakai topeng untuk mencuri perhatian Shinta. Baiknya kutunjukkan wujudku yang sebenarnya kepadanya. Wujud Banu yang sebenar-benarnya Banu. Biarlah Shinta tau aku yang ini. Biarlah Shinta melihat Banu yang asli. Sehingga aku tidak akan terjebak lagi di dalam sebuah hubungan yang penuh dengan kepalsuan. Siapa tau Shinta justru menyukaiku yang asli."

Orang Lama

Komentar