Keluarga kekaisaran Jepang selalu berasal dari keturunan bangsawan. Putera Mahkota mereka selalu dijodohkan dengan perempuan yang berasal dari golongan ningrat. Mereka menjaga tradisi agar calon permaisuri memiliki kelas yang setara dengan mereka. Bagi keluarga kekaisaran, perbedaan kelas begitu penting dan patut dijaga keabsahannya. Namun, Permaisuri Shōda Michiko tidak demikian. Tidak ada darah biru dalam dirinya. Pernikahannya dengan Kaisar Akihito menarik perhatian seluruh warga Jepang. Bagaimana tidak, selama 2.000 tahun lamanya belum pernah ada anggota kekaisaran yang menikahi warga Jepang biasa. Michiko adalah orang pertama yang memutus tradisi 2.000 tahun tersebut.¹
¹ Reporter: Non Koresponden & Editor: Eka Yudha Saputra (1 Mei 2019), "Kisah Cinta Kaisar Akihito dan Michiko yang Mengubah Jepang", dunia.tempo.co, diakses pada tanggal 27 Juli 2024.
20 Oktober 1934 Michiko lahir dari Pasangan Shōda Hidesaburō dan Soejima Fumiko di Rumah Sakit University of Tokyo, Bunkyō, Tokyo. Ia anak kedua dari empat bersaudara. Walaupun bukan berdarah biru, Michiko tumbuh dari lingkungan keluarga yang berada. Ayahnya adalah pengusaha besar. Bahkan termasuk pembuat tepung dan mie terkaya di Asia.² Ayah Michiko, berkeinginan putrinya menempuh pendidikan tinggi. Alhasil Michiko mampu menerima pendidikan tersebut dan lulus dari Universitas Katolik Roma untuk wanita di Tokyo.³
² Gaemgyee (6 Januari 2018), "Shoda Michiko, Gadis Biasa Pertama yang Mampu Meluluhkan Hati Pangeran Jepang", japanesestation.com, diakses pada tanggal 27 Juli 2024.
³ Unknown, "Shōda Michiko", www.britannica.com, diakses pada tanggal 27 Juli 2024.
Ayah Michiko adalah Presiden dan Kepala Kehormatan dari Nisshin Flour Milling Company. Selain ayahnya, orang ternama di Jepang yang berasal dari keluarga Michiko adalah Shōda Kenjirō, paman dari ayah Michiko, yang seorang matematikawan dan presiden Universitas Osaka pada periode 1954 hingga 1960. Karena background keluarganya yang terpandang, pendidikan menjadi sangat penting bagi Michiko.
Michiko kecil mendapat pendidikan Barat dan tradisional, seperti berpiano, bahasa Inggris, melukis, memasak, dan kōdō⁴. Dia terdaftar di Futaba Elementary School di Kōjimachi (sebelah Chiyoda, Tokyo) pada jenjang Sekolah Dasar. Namun, hanya berlangsung hingga Michiko kelas empat, karena pada saat itu terjadi Perang Dunia II dan Jepang terus-menerus dibombardir oleh Amerika Serikat.
⁴ Kodo memiliki arti "jalan sebuah aroma" yakni seni mencium bau dupa. (Administrator: 14 Mei 2019, "Kodo: Seni Tradisional Dupa Jepang", mislanguageschool.co.id, diakses pada tanggal 27 Juli 2024.)
Walaupun dalam keadaan perang, Michiko tetap mendapat pendidikan di prefektur Kanagawa (kota Katase, sekarang bagian dari Fujisawa), Gunma (di Tatebayashi, kampung keluarga besar Shōda), dan Nagano (di kota Karuizawa, second resort home keluarga besar Shōda). Michiko kembali ke Tokyo pada tahun 1946 dan melanjutkan sekolah dasarnya di Futaba hingga selesai.
Pada jenjang SMP dan SMA, Michiko sekolah di Sacred Heart School, Minato, Tokyo dan lulus SMA pada tahun 1953. Kemudian berkuliah di Fakultas Sastra, University of the Sacred Heart (Universitas Katolik Roma untuk wanita di Tokyo), dengan mengambil jurusan Sastra Inggris. Lulus pada 1957 dengan gelar Bachelor of Arts dengan summa cum laude.⁵
⁵ Summa cum laude, berarti "dengan kehormatan tertinggi" (secara harfiah "dengan pujian tertinggi"), IPK 3.80 ke atas (Unknown, "Gelar kehormatan Latin", id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 27 Juli 2024.)
Keluarga Michiko sangat terkenal, banyak orang terpandang di dalamnya, terlebih Michiko menempuh pendidikan yang tinggi, faktor-faktor tersebut membuat keluarga Michiko pilih-memilih calon suaminya. Salah satu pria terpandang yang mendekati Michiko berdasarkan surat kabar Jepang waktu itu adalah Mishima Yukio (nama pena, nama aslinya adalah Hiraoka Kimitake), seorang sutradara dan juga penulis terkenal pada masanya. Tidak diketahui apakah kedekatan Mishima Yukio adalah fakta atau hanya gosip media waktu itu.
Michiko memiliki hobi tenis. Karena tenis inilah, dia dipertemukan dengan Putra Mahkota Akihito. Waktu itu bulan Agustus 1957 di lapangan tenis Karuizawa (dekat Nagano). Mereka bermain berlawanan. Putra Mahkota Akihito kalah, namun, dia berhasil memenangkan hati Michiko. 27 November 1957, mereka sepakat untuk melakukan pertunangan. Media Jepang ramai menyebutnya sebagai kisah "fairy tale" yang nyata. Ada juga yang menyebutnya "romance of the tennis court". 14 Januari 1959 mereka melangsungkan acara pertunangan. 10 April 1959, mereka menikah dengan upacara adat Shinto. Pernikahan itu adalah pernikahan pertama keluarga istana yang disiarkan di televisi. Kemudian mereka tinggal di Istana Tōgū (東宮御所, Tōgū-gosho), yang memiliki makna (secara harfiah) "East Palace" yang berada di Akasaka Estate di Motoakasaka, Minato, Tokyo.
Daftar Pustaka
Gaemgyee (6 Januari 2018), "Shoda Michiko, Gadis Biasa Pertama yang Mampu Meluluhkan Hati Pangeran Jepang", japanesestation.com, diakses pada tanggal 27 Juli 2024.
Reporter: Non Koresponden & Editor: Eka Yudha Saputra (1 Mei 2019), "Kisah Cinta Kaisar Akihito dan Michiko yang Mengubah Jepang", dunia.tempo.co, diakses pada tanggal 27 Juli 2024.
Tim: CNN Indonesia, "Cinderella Itu Bernama Permaisuri Michiko", cnnindonesia.com, diakses pada tanggal 26 Agustus 2022.
Unknown, "Shōda Michiko", www.britannica.com, diakses pada tanggal 27 Juli 2024.
Unknown, "Shōda Michiko", en.wikipedia.org, diakses pada tanggal 27 Agustus 2022.
Unknown, "Shōda Michiko", id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 27 Agustus 2022.