Buku: Mohammad Hatta "Alam Pikiran Yunani" - Part 4: Filosofi Herakleitos

Tidak ada komentar

Buku: Mohammad Hatta "Alam Pikiran Yunani"

Herakleitos lahir di kota Ephesos, di Asia Minor, sekitar 540-480 SM. Banyak karangannya yang sulit dipahami sehingga ia sering dipanggil "Herakleitos yang gelap", "Obscure Philosopher", atau "The Obscure Sage of Ephesus".


II. Filosofi Herakleitos

Meskipun Herakleitos memiliki (banyak) pandangan yang berbeda dengan para filsuf sebelumnya, namun ada juga pandangan yang dipengaruhi oleh filsuf Miletos, yakni tentang "satu" unsur utama yang menjadi dasar alam ("segala sesuatu"), tapi berbeda materi, yakni api. Bagi Herakleitos, api adalah anasir⁵. Bukan air sebagaimana Thales. Juga bukan udara sebagaimana Anaximenes.

⁵ Anasir adalah unsur atau elemen dasar yang membentuk sesuatu.


Api lebih penting daripada air dan udara, karena api mudah bergerak dan berubah bentuk. Api membakar segalanya, mengubahnya menjadi api, dan akhirnya menjadi abu. Semua berubah menjadi api, dan api berubah menjadi segalanya. Ini terlihat pada panas matahari yang penting untuk kehidupan manusia (vitamin D), hewan, dan tumbuhan (fotosintesis).

Walaupun Herakleitos melihat api sebagai elemen dasar, tetapi pandangannya tak semata-mata terikat pada makrokosmos (alam besar), sebagaimana para filsuf Miletos. Herakleitos melihat api sebagai simbol perubahan. Api yang selalu bergerak menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap. Yang ada hanyalah pergerakkan terus-menerus. Tidak ada yang benar-benar "ada" (being), melainkan semuanya "menjadi" (becoming) atau berubah.

Being:
  1. Mengacu pada sesuatu yang tetap dan tidak berubah.
  2. Menekankan keadaan yang stabil dan permanen.
Becoming:
  1. Menunjukkan proses perubahan dan perkembangan.
  2. Menekankan dinamika dan transformasi.
"Being" dan "becoming" adalah konsep yang menggambarkan dua pandangan tentang keberadaan. Dalam filsafat, "being" sering terkait dengan ide tentang eksistensi yang tetap, sedangkan "becoming" menyoroti kenyataan bahwa segala sesuatu selalu berubah.


Segala kejadian di dunia ini mirip dengan api, yang terus berubah dan memperbarui dirinya. "Segala permulaan adalah mula daripada akhir." "Segala hidup mula daripada mati." Tidak ada yang tetap di dunia ini—semuanya berlalu. "Panta rei" yang berarti semuanya mengalir.

"Segala permulaan adalah mula daripada akhir" berarti bahwa setiap awal berasal dari sebuah akhir. Ini mencerminkan siklus alami di mana sesuatu yang berakhir memungkinkan sesuatu yang baru untuk dimulai. Konsep ini menyoroti hubungan antara akhir dan permulaan dalam proses perubahan yang terus-menerus.

"Segala hidup mula daripada mati" berarti bahwa kehidupan dimulai dari kematian. Ini menggambarkan siklus alam, di mana kematian memberikan ruang atau unsur bagi kehidupan baru untuk muncul. Dalam filsafat, ini mencerminkan pandangan bahwa perubahan dan transisi adalah bagian dari proses alam yang berkelanjutan.

Penghidupan dan kemajuan dunia dibaratkan seperti air mengalir. Seperti kita yang tak pernah mandi dengan air yang sama dua kali. Air itu terlihat sama, sama-sama bermateri air, tetapi sebenarnya sudah berubah, sudah bukan air yang pertama. Air yang baru mengganti air yang lama. Begitu juga dengan "sesuatu", ia tak tetap seperti semula. Ia akan berubah seiring waktu.

Dunia adalah tempat pergerakkan terus-menerus, di mana yang baru akan mengalahkan yang lama. Dunia ini adalah arena perjuangan antara dua kekuatan yang bertentangan, dan perjuangan itu adalah tanda kehidupan. Tanpa perjuangan, tidak akan ada kemajuan. Semua yang sementara adalah bagian dari gerakan besar. "Perjuangan adalah sumber segalanya, penguasa segalanya."

Akan tetapi, sumber perubahan diatur oleh hukum universal, yang disebut logos—logos berarti "pikiran yang benar" (logika). Logos adalah panduan dasar (norma) tindakan manusia. Memahani logos adalah tugas penting bagi akal manusia, dan siapa yang memahaminya akan dianggap cerdik dan bijaksana. Bagi Herakleitos, berpikir adalah sumber kebahagiaan.

Siapa yang memahami hukum dunia, pasti akan bertindak sesuai hukum itu. Sebagaima dunia—yang diatur oleh logos, tindakan seseorang akan diatur oleh akalnya (rasio). Hukum di alam semesta (makrokosmos) sama dengan hukum di alam kita (mikrokosmos). Hukum itu ialah logos.

Makrokosmos:
  1. Mengacu pada alam semesta yang luas.
  2. Menyentuh aspek-aspek seperti planet, bintang, dan galaksi.
  3. Menunjukkan keteraturan dan hukum yang mengatur keseluruhan alam.
Mikrokosmos:
  1. Merujuk pada dunia kecil atau individu.
  2. Fokus pada manusia, kehidupan, dan entitas kecil lainnya.
  3. Menunjukkan bagaimana unsur-unsur besar tercermin dalam kehidupan individu.
Makrokosmos dan mikrokosmos adalah konsep yang menggambarkan hubungan antara alam semesta dan individu. Hubungan antara keduanya menggambarkan bagaimana struktur dan prinsip yang sama dapat ditemukan pada tingkat besar dan kecil.


Jika kita memahami pandangan Herakleitos dan membandingkannya dengan Thales, Anaximandros, dan Anaximenes, terlihat bahwa tujuan filosofi telah berubah. Herakleitos membawa kontribusi besar dengan memperkenalkan konsep dunia pikiran yang disebut "logos." Konsep ini masih menjadi perhatian filosofi hingga masa kini.

Herakleitos memandang logos sebagai inti alam. Untuk memahaminya, orang harus melepaskan anggapan bahwa kebenaran sejati bisa dipahami hanya melalui pengalaman. Hal ini karena pengalaman sangat terbatas dan tidak sepenuhnya mencerminkan kebenaran.

Logos itu kekal selamanya. Menurut Herakleitos, tidak perlu mencari asal mula "segala sesuatu" sebagaimana para filsuf alam. Logoslah yang berkuasa dan tak perlu dipertanyakan lagi. Dunia ini tidak diciptakan oleh siapa pun dan selalu ada. Ia seperti api yang terus hidup, yang terus-menerus menyala dan padam⁶. Dunia berputar tanpa awal dan akhir, selalu berubah karena tak ada kekuatan di luar yang bisa menghentikannya. Dunia bergerak terus, mengandung hukum atau logosnya sendiri, sehingga kemajuan terjadi secara teratur.

⁶ Seperti api yang selalu hidup, yang terus-menerus menyala dan padam. Ini berarti bahwa logos bersifat dinamis dan selalu berubah, tetapi tetap ada secara abadi.


Herakleitos berpendapat bahwa kejadian alam mirip dengan pandangan Anaximenes, meski berbeda dalam deskripsinya. Singkatnya, ada dua jenis uap yang naik dari bumi: satu jernih dan satu keruh. Uap jernih menyebabkan api dan membentuk bintang-bintang, sementara uap keruh menghasilkan kelembapan⁷.

⁷ Uap keruh menghasilkan kelembapan artinya uap yang tidak jernih menyebabkan terbentuknya elemen basah atau lembap, seperti air atau awan, dalam proses alam.


Begitu juga dengan jiwa, ia selalu berada dalam proses perubahan. Jiwa berasal dari uap basah. Semakin tinggi jiwa naik dari uap basah, semakin dekat ia ke keadaan yang kering dan jernih—yang berarti semakin baik. Sebaliknya, jiwa yang tetap dalam keadaan basah, ia seperti jiwa pemabuk, yang tak tahu arah atau tujuannya.

Demikian pokok-pokok filosofi Herakleitos, si "Obscure Philosopher".

Ilustrasi Herakleitos:

Filosofi Herakleitos


Daftar Isi:

Komentar