Beranda »
Draft »
Thomas Sowell - Compassion versus Guilty: Part 1
Thomas Sowell - Compassion versus Guilty: Part 1
Tidak ada komentar
Tulisan ini adalah esai-esai dari tahun 1980-an—dekade yang menunjukkan upaya untuk mengubah arah politik di Amerika secara mendasar sejak New Deal. Pertentangan politik yang terjadi lebih dalam dari biasanya, baik secara emosional maupun intelektual, dan pada akhirnya melibatkan perbedaan pandangan mendasar tentang manusia. Komentar-komentar ini mencakup berbagai isu penting yang tetap relevan.
Attempts: upaya
The resulting: pertentangan
The resulting political clashes: pertentangan politik (parah), bentrokan politik (parah)
Ultimately: pada akhirnya
Involvetaries: melibatkan
Whole vision: pandangan mendasar
Enduring: tetap, bertahan, abadi
*New Deal adalah serangkaian program, kebijakan, dan reformasi ekonomi yang diperkenalkan oleh Presiden AS Franklin D. Roosevelt pada tahun 1930-an. Tujuannya adalah untuk mengatasi Depresi Besar (Great Depression)—krisis ekonomi parah yang melanda AS dan dunia pada waktu itu. New Deal terdiri dari berbagai program untuk menciptakan lapangan kerja, memberi bantuan kepada yang miskin, serta mengatur sektor perbankan dan keuangan untuk mencegah krisis di masa depan. Beberapa program terkenalnya adalah Social Security Act (untuk jaminan sosial), Civilian Conservation Corps (program pekerjaan), dan Federal Deposit Insurance Corporation (untuk melindungi simpanan bank).
Di tengah banyak kontroversi, yang jadi sorotan itu peran belas kasih. Rasa bersalah sering disalahartikan sebagai belas kasih, yang berdampak buruk bagi seluruh masyarakat, terutama bagi anggota masyarakat yang paling kurang beruntung. Esai pertama mencoba menjelaskan perbedaan penting ini. Tema ini menjadi dasar banyak diskusi selanjutnya tentang isu-isu seperti pendidikan, kejahatan, bantuan luar negeri, atau tindakan afirmatif.
Detriment: kerugian
Least fortunate: paling tidak beruntung, paling kurang beruntung
Seeks: mencoba, berusaha untuk, mencari
Distinction: perbedaan
Underlies much: menjadi dasar banyak hal
Konsep politik lain yang sering kita dengar saat ini adalah "solusi." Di awal esai ini, saya berpendapat bahwa dalam politik tidak ada solusi sejati—hanya kompromi. Tema ini juga muncul kembali dalam esai-esai selanjutnya, dan berlaku baik untuk kebijakan luar negeri maupun isu dalam negeri, untuk ekonomi maupun hukum, serta untuk masalah pendidikan, ras, dan gender.
Our times: saat ini
Trade-offs: kompromi
Recurs: muncul kembali
Foreign: luar negeri
*Kompromi adalah kesepakatan di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengalah atau memberi kelonggaran agar tercapai solusi yang bisa diterima bersama. Dalam kompromi, masing-masing pihak biasanya tidak mendapatkan keinginan sepenuhnya, tetapi ada keseimbangan agar kepentingan semua pihak bisa dipenuhi sebagian.
Semua esai ini pertama kali diterbitkan di surat kabar. Menurut saya, pilihan ini lebih banyak untungnya daripada ruginya. Format surat kabar memang membatasi ruang dan pendekatan, tetapi menulis untuk publik umum memberikan kebebasan yang tidak selalu ada saat menulis untuk audiens akademik.
The trade-offs: pilihan ini, pertimbangan, pertukaran