Telur dulu atau ayam dulu adalah tebak-tebakan yang sampai tulisan ini ditulis masih populer. Beberapa orang memiliki argumennya sendiri, sehingga tak menghasilkan satu kesimpulan yang tepat. Seperti halnya dengan sebuah akun twitter (@madzadev) pada 29 Juni 2023 (pukul 15:45) yang menyimpulkan bahwa ayam hadir terlebih dahulu daripada telur dengan perspektif JavaScript (suatu bahasa pemrogaman tingkat tinggi).
Timbul pertanyaan mendasar pada isi kepalaku.
- Mengapa ayam dianggap terlebih dulu hadir daripada telur?
- Darimana asalnya jawaban itu?
Jawaban mengenai pertanyaan tersebut berusaha aku cari dengan pendekatan filosofis. Teori eksistensialisme Sartre adalah salah satu pendekatan yang cukup kredibel untuk dijadikan rujukan.
Eksistensialisme merupakan aliran yang mengutamakan kebebasan subjek secara pribadi dalam melakukan kreativitas. Misalnya, Sartre menganggap bahwa hubungan manusia merupakan konflik, dan manusia memiliki kebebasan untuk menghadapi keadaan tersebut. Kebebasan tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk yang dinamis, aktif, dan kreatif terhadap lingkungannya untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Manusia dapat berbuat, dinilai, dan menilai lingkungannya.¹
Secara ontologi, menurut Sartre, eksistensialisme merupakan pengalaman personal manusia sebagai subjek. Sartre melihat eksistensi tersebut dalam ke'ada'an sebagai etre-en-soi dan etre-pour-soi. Kedua 'ada' tersebut merupakan kedua 'ada' yang 'berkesadaran' dan 'yang disadari'.²
¹Sihol Farida Tambunan, "Kebebasan Individu Manusia Abad Dua Puluh: Filsafat Eksistensialisme Sartre", Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18, Nomor 2, 2016, hlm. 222.²Ibid., hlm. 223
1. Etre-en Soi (Thingness, Ujud)
En soi merupakan dunia benda-benda, yakni 'ada' pada dirinya sendiri (ujud). Manusia yang tak memiliki kesadaran takkan bisa berperan sebagai subjek. Ia juga tidak bisa dianggap sebagai objek karena ia tak memiliki kesadaran akan dirinya sendiri. Ia tertutup dan gelap terhadap segala macam hal. En soi akan dianggap sebagai objek oleh makhluk lain yang memiliki kesadaran.³
Secara singkat, en soi adalah 'ada' yang ada pada dirinya sendiri (ujud) namun dia tidak memiliki kehendak akan ke'ada'an dirinya sendiri (tidak berkesadaran). Maka en soi tidak bisa berperan sebagai 'subjek', karena dia tidak memiliki kesadaran. Malah, bagi makhluk lain (yang memiliki kesadaran), en soi dianggap sebagai objek (yang disadari). En soi adalah yang disadari oleh yang memiliki kesadaran.
³Ibid., hlm. 223.
2. Etre-pour Soi (Nothingness, Kesadaran)
Pour soi adalah ada untuk dirinya (berkesadaran), yang sadar akan segala sesuatu, baik dirinya sendiri maupun lingkungannya (subjek yang sadar akan adanya objek atau en soi). Ia dapat melakukan apa saja dengan pikirannya yang sadar. Pour soi menunjukkan manusia yang mengerti dengan kesadarannya yang aktif, dan menunjukkan peran eksistensi manusia sebagai subjek yang dapat sadar akan adanya objek yang diamatinya.⁴
⁴Ibid., hlm. 223.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, antara telur dan ayam, disimpulkan en soi sama seperti telur. Dia tak bisa menjadi subjek untuk dirinya sendiri. Juga tak bisa menyadari akan ke'ada'annya sendiri. Artinya telur tidak memiliki kehendak, apalagi kebebasan terhadap tubuhnya sendiri. Dia tak bisa melindungi dirinya sendiri, tak mampu bergerak kesana-kemari, dan tak bisa mengakui eksistensi terhadap dirinya sendiri.
Sedangkan pour soi adalah ayam, yang memiliki kebebasan dan kehendak atas tubuhnya. Ayam bisa melindungi dirinya sendiri, mencari makan untuk dirinya sendiri, dan dapat bertahan hidup dengan caranya sendiri. Dia bisa menjadi subjek atas dirinya sendiri dan dapat mengamati telur sebagai objek (en soi).
Maka telur adalah en soi (bagi ayam, telur adalah objek, yang disadari) dan ayam adalah pour soi (yang menyadari telur). Telur memerlukan ayam untuk mengeraminya, dan untuk melindungnya dari makhluk lain. Tapi, yang paling penting, telur butuh ayam untuk mengakui keberadaannya. Karena tanpa ayam, telur tidak akan tau identitasnya. Apakah dia telur ayam atau telur unggas lain. Atas dasar teori eksistensialisme inilah yang menyatakan bahwa ayam lebih dulu hadir daripada telur.
Telur terlalu pasif untuk hadir terlebih dahulu. Maka ayam adalah jawaban yang tepat tentang siapa yang lebih dulu 'ada'.
Daftar Pustaka
Sihol Farida Tambunan, "Kebebasan Individu Manusia Abad Dua Puluh: Filsafat Eksistensialisme Sartre", Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 18, Nomor 2, 2016.
Reza, "Keterlibatan Perempuan dalam Pengambilan Keputusan", rezalino.blogspot.com, diakses pada 3 Juli 2023.