Ketika hang out bareng kawan lama, ketika sedang nobar Maroko versus Spanyol, kita cerita banyak hal, salah satunya adalah tentang pemilihan 2024. Bagi saya, kandidat-kandidat capres belum ada yang terlalu memikat. Lantas, kawan saya meminjamkan bukunya, tentang strategi dan pandangan Prabowo Subianto mengenai Indonesia (Paradoks Indonesia). Menarik. Mari membedah isi bukunya.
Buku ini membahas mengenai pemahaman-pemahaman dan gagasan-gagasan Prabowo, disertai data yang cukup kredibel. Mayoritas isinya membahas mengenai perekonomian di Indonesia. Buku ini diedarkan pada tahun 2017, ditulis oleh Prabowo dan juga dibantu oleh Timnya (Gerindra). Banyak data menarik yang belum saya ketahui sebelumnya.
- Membangun Kesadaran Nasional
- Kekayaan Indonesia Mengalir ke Luar
- Demokrasi Indonesia Dikuasai Pemodal Besar
- Mencegah Tragedi Indonesia (Strategi Prabowo)
- Menjawab Tantangan Sejarah
4. Mencegah Tragedi Indonesia (Strategi Prabowo)
Potensi negara Indonesia ada pada pangan dan agroindustri. Daripada membangun negara metropolitan, Indonesia lebih baik memanfaatkan letak geografisnya. Indonesia menempati sepertiga dari zona tropis dunia. Dan Indonesia juga negara yang zona tropisnya paling panjang kedua setelah Brasil. Di zona tropis, Indonesia bisa panen tiga kali dalam setahun. Sedagkan negara non-tropis hanya bisa panen sekali dalam setahun. Ada contoh menyebutkan bahwa pohon siap tebang di usia yang ke 25 sampai 30 tahun untuk di negara non-tropis. Sedangkan di Indonesia, di usia yang ke 5 saja sudah siap untuk ditebang.²⁴
²⁴ Ibid., hlm. 79-80.
![]() |
Sumber: Gerindra |
Situasi mengenai pertanian Indonesia saat ini:
- 1 dari 3 orang Indonesia bekerja di sektor agrikultur (BPS, 2016). Dan 40% orang Indonesia yang miskin bekerja di sektor ini.
- 11 juta hektar lahan pertanian menganggur, 53% irigasi lahan pertanian dalam kondisi rusak (Kementerian Pertanian, 2016).
Akibatnya, produktivitas pertanian terdampak.
Ekonomi Konstitusi. Di dunia ada berbagai macam mazhab ekonomi, misalnya mazhab ekonomi Adam Smith (neoklasikal, pasar bebas, neoliberal), mazhab ekonomi Marx, dan mazhab ekonomi Sosialis. Indonesia dalam perjalanan sejarahnya, bimbang hendak menerapkan mazhab ekonomi yang mana. Namun, menurut Prabowo, kenapa kita harus memilih. Apa yang baik dari ketiganya kenapa tidak diimplementasikan saja. Ambil yang baik dari mazhab Adam Smith, dan buang keburukannya. Ambil yang baik dari mazhab Marx dan buang keburukannya. Pula dengan mazhab Sosialis.
Gabungan dari kesemuanya ini kemudian disebut dengan Ekonomi Kerakyatan atau Ekonomi Pancasila oleh Soekarno, Moh. Hatta, Syahrir, dan ayah Prabowo, Prof. Sumitro. Prabowo menyebutnya sebagai Ekonomi Konstitusi. Karena rupanya, Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 sudah mengumandangkannya²⁵ (capitalism state). Sayangnya, sekarang Pasal 33 bagaikan kalimat tak bermakna.
Pasal 33 ayat (1): perekonomian disusun atas asas kekeluargaan.Pasal 33 ayat (2): produksi penting yang menguasai hajat orang banyak dikuasai negara.Pasal 33 ayat (3): bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
²⁵ Prabowo, Paradoks Indonesia..., hlm. 83-84.
Prof. Sumitro juga menyebutnya mixed economy, yang terbaik dari kapitalis dan sosialis, itu yang diadopsi. Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair menyebutnya "The Third Way".
Ekonomi Konstitusi tidak sosialis, ia bebas tapi masih ada batasan. Gagasan Prabowo adalah, ingin menerapkan ulang Pasal 33 UUD 1945 sebagai prinsip berekonomi di dalam Pemerintahannya. Prabowo menginginkan, BUMN Indonesia sebagai ujung tombok ekonomi negara. Seperti apa yang dilakukan China dan Singapura. Keduanya berhasil melakukannya.²⁶
²⁶ Prabowo, Paradoks Indonesia..., hlm. 99.
![]() |
Sumber: Gerindra |
Dari 9 BUMN yang paling menguntungkan bagi Indonesia, hanya 2 yang 100% dikuasai negara. Sisanya, inverstor asing diperkenankan membeli sahamnya.
FYI: PLN dan Pertamina pernah masuk peringkat 500 di Majalah Fortune (2016).
![]() |
Sumber: Globe Asia, 2016 |
Di sisi lain, Indonesia darurat korupsi. Pada tahun 2016-2017, ada 17 Gubernur, 25 Menteri, 51 bupati/walikota, dan 14 hakim yang ditahan di dalam penjara karena korupsi (Sekertariat Kabinet, 2016).²⁷
²⁷ Prabowo, Paradoks Indonesia..., hlm. 116.
5. Menjawab Tantangan Sejarah
Dalam bab ini, Prabowo mengemukakan pendapat-pendapatnya. Isinya seperti ia sedang berpidato. Maka tak saya sampaikan di sini, karena saya pikir jawaban-jawaban yang akan ditunjukkan Prabowo adalah solusi untuk masalah-masalah yang disampaikan di atas. Bagaimana masalah-masalah tadi diatasi atau ditekan untuk meminimalisir problem dengan cara Prabowo dan timmnya. Sayangnya pada bab ini hanya berisi solusi yang abu-abu. "Kita harus begini, kita harus begitu". Tidak seperti blueprint, yang seharusnya "kami akan begini, Pemerintahan kami nanti seperti ini." Sehingga pembaca tidak mengerti rencana Prabowo ke depan. Akan jadi apa negara ini nanti apabila ada di tangannya.
Menariknya Buku Ini
Yang menarik dalam buku ini adalah menjelaskan tentang tindakan ekonomi di China, yang mana BUMN China dikuasai penuh oleh negara. Contohnya adalah ICBC (Industrial Commercial Bank of China) yang dimiliki 100% oleh negara.²⁸ Pada tulisan ini ditulis (2022), ICBC berada di urutan pertama kategori Bank terbesar di dunia (Sumber: CNBC). Sudah terbesar, dikuasai negara pula, betapa kayanya China sekarang.
²⁸ Prabowo, Paradoks Indonesia..., hlm. 17.
Berdasarkan CNBC Indonesia. Peringkat 10 Bank terbesar di dunia adalah berikut:
- ICBC (China)
- CCBC (China)
- Agricultural Bank of China (China)
- Bank of China (China)
- JP Morgan (US)
- MUFG (Japan)
- BofA (US)
- HSBC (UK)
- BNP Paribas (France)
- Crédit Agricole
Maka peribahasa "tuntutlah ilmu sampai ke negeri China" masih relevan sampai sekarang. Mari kita simak 10 orang terkaya di dunia (cnnindonesia, Des 2022):
Elon Musk (S. Africa, Canada, US) Jeff Bezos (US) Bernard Arnault (France) Bill Gates (US) Warren Buffett (US) Larry Page (US) Sergey Brin (US, Rusia) Larry Ellison (US) Steve Ballmer (US) Mukesh Ambani (India).
Dari 10 orang terkaya di dunia (2022), tidak ada satu pun warga negara China yang masuk dalam peringkat tersebut. Ini disebabkan efek dari disiplinnya China menjalankan prinsip capitalism state.
FYI: Orang terkaya China berada di urutan 15 dunia (Zhong Shanshan).
Memang, secara ekonomi China sangat hebat. Demikian yang ada pada buku ini, terdapat kekaguman Prabowo terhadap China. Dan yang Prabowo dan timnya temukan tadi, state capitalism membuat China kuat. Sistem dikuasai penuh oleh negara seperti China sebenarnya ada di dalam UUD 1945 Indonesia dalam Pasal 33.
- Pasal 33 ayat (1): perekonomian disusun atas asas kekeluargaan.
- Pasal 33 ayat (2): produksi penting yang menguasai hajat orang banyak dikuasai negara.
- Pasal 33 ayat (3): bumi, air dan kekayaan alam yangg terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Tambahan 2 ayat setelah Amandemen 11 Agustus 2002:
- Pasal 33 ayat (4): perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
- Pasal 33 ayat (5): ketentuan lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
![]() |
Tabel Komposisi Pemegang Saham Bank Mandiri Per Desember 2017 (Source:www.bankmandiri.co.id) |
![]() |
Tabel Komposisi 20 Pemegang Saham Terbesar Bank Mandiri Per Desember 2017 (Source:www.bankmandiri.co.id) |
Menurut Prabowo, Pasal ini terabaikan oleh para pemangku jabatan. Padahal Pasal ini sudah ada sejak kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai contoh kasusnya adalah Bank Mandiri. Di Bank Mandiri negara hanya mengusai 60%, 33% dikuasai asing, 7% dikuasai swasta lokal (sumber: www.bankmandiri.co.id).
Kritik Terhadap Buku Ini
Beberapa kritik mengenai buku ini adalah:
Pada sub-bab: ekonomi milik siapa (hlm. 6), tidak dikemukakan solusi secara spesifik untuk memberantas permasalahan ini. Justru, mengemukakan alasan Prabowo berpolitik. Itupun juga tidak spesifik, terlalu singkat.
Pada sub-bab: tingkat ketimpangan di Indonesia (hlm. 18), juga tak dikemukakan solusi yang menarik dan spesifik. Malah, masih menunjukkan alasan Prabowo berpolitik, greget dengan pejabat publik, dan resign dari tentara.
Pada sub-bab: menjadi negara maju, solusi yang diberikan Prabowo dan tim adalah negara harus tumbuh PDB-nya. Harus segera tumbuh dua digit (presentasenya) agar bisa menjadi negara berpenghasilan atas. Caranya adalah: pertama, menghentikan aliran kekayaan negara ke luar negeri; kedua, memastikan demokrasi tidak dikuasai pemodal besar (hlm. 27).
Solusi di atas mungkin dapat dianalogikan begini: kita bekerja dan mendapat gaji. Gajinya perbulan cuman 5 juta. 10 tahun ke depan kita membuat rencana, bagaimana caranya agar gaji kita bisa menjadi dua kali lipat. Prabowo menjawabnya dengan: satu, jangan boros-boros, berhematlah; kedua, jangan suruh istri atur keuangan, kalau bisa atur keuangan sendiri-sendiri. Bisnisku adalah bisnisku, bisnismu adalah bisnismu. Pertanyaannya, apakah dalam 10 tahun kemudian, dengan upaya tadi, kita bisa mendapat gaji dua kali lipat dari gaji bulan ini? Jawaban Prabowo di atas kurang spesifik dan kurang begitu jelas tentang upaya untuk menaikkan PDB per Kapita Indonesia dan menjadikannya sebagai negara maju. Contohnya dalam upaya menghentikan aliran kekayaan negara ke luar negeri, atau demokrasi tidak dikuasai pemodal besar, apa upayanya? Membuat undang-undang kah? Implementasi agar dua masalah itu tidak terjadi lagi apa? Jawaban Prabowo yang ada pada bukunya, tidak ada bedanya dengan jawaban yang ada di Google. Ini sebuah masukan. Akan lebih baik bila pak Probowo menjelaskan upayanya secara spesifik, sehingga blueprintnya jelas. Jika ini dilakukan, tak akan ada keraguan bagi saya untuk memilih beliau.
Pada keluhan mengenai "Elite Indonesia terlalu Banyak Bohong" (hlm. 44), membuat buku ini terasa kurang. Karena keluhannya hanya praduga dan prasangka dari Prabowo yang hanya berdasar pada asumsinya. Walaupun saya sependapat, bahwa Elite Indonesia memang banyak bohong. Namun antara saya dan Prabowo terdapat perbedaan diantara kami, yang mana saya berasumsi tak berdasar karena posisi saya sebagai warga negara biasa. Dan Prabowo, yang harusnya berdasar pada data, karena kedudukannya sebagai calon kepala negara.
Bagi saya pribadi, sebuah gagasan yang baik adalah gagasan yang realistis, ada fakta dan data. Sehingga bisa dikalkulasi, kemudian diimplementasikan berdasarkan data yang diperoleh. Bagaimanapun, apresiasi terhadap Prabowo & timnya atas terbitnya buku ini. Ada bagusnya dan ada sisi yang kurang (bagi saya). Maka thread di atas adalah apa yang sebaik-baiknya ada pada buku ini (bagi saya). Karena dilampirkan data yang cukup kredibel.
Daftar Isi:
- Pandangan Strategis Prabowo Subianto: Part 1
- Pandangan Strategis Prabowo Subianto: Part 2
- Pandangan Strategis Prabowo Subianto: Part 3
- Pandangan Strategis Prabowo Subianto: Versi Lengkap